Film merupakan media komunikasi yang
sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Disaat film diperkenalkan pertama kali
di Indonesia, film dibuat oleh orang-orang belanda dan cina. Tujuannya hanya untuk
menghibur semata dan sebagai alat dagang untuk mencapai keuntungan tanpa
memperdulikan isi pesan yang ada dalam film tersebut.
Dalam sebuah film pasti
terdapat dialog yang merupakan suatu alat sebagai percakapan antar dua karakter
atau lebih, kemudian disampaikan secara jelas
agar terkesan hidup lebih nyata dari skenario yang dibuat untuk dihafal oleh
para pemainnya karena bahasa film merupakan kombinasi antara bahasa suara dan
bahasa gambar. Hasil suatu terjemahan itu dinilai baik atau buruk, jelas atau
tidak, sangat bergantung dari siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang
penerjemah itu adalah sebagai pencipta tetapi ia tidak punya kebebasan seluas
kebebasan yang dimiliki penulis naskah aslinya, karena ia harus menciptakan
terjemahannya dari dunia ciptaan yang sudah ada. Misalnya dalam penerjemahan
film memiliki dialog arab yang merujuk pada skenario.
Permasalahan yang terdapat pada
hasil terjemahan dari dialog film Ayat-ayat Cinta menurut Penulis masih ada
yang kurang tepat. Misalnya, penggunaan gaya terjemahan harfiah yang mendominan
sehingga hasil terjemahan kurang enak untuk dibaca dan ada beberapa bahasa Arab
yang tidak sesuai dengan skenario.
Penulis menarik Kesimpulan bahwa
hasil terjemahan dialog film Ayat-ayat Cinta masih kurang baik, seharusnya
metode penerjemahan yang cocok lebih mudah dipahami serta gaya terjemahan harus
lebih diperhatikan agar hasil terjemahan lebih baik dan lebih enak dibaca.
Berdasarkan dari analisa Penulis menyebutkan bahwa apa yang ada dalam tulisan
arab tersebut merupakan hasil dari pendengaran
0 komentar:
Post a Comment